PERKEMBANGAN
SASTRA INDONESIA
PERIODE 1960-AN
A.LATAR BELAKANG
Pada periode
60-an muncul adanya angkatan, yaitu angkatan ’66. Lahirnya angkatan ’66 ini
didahului adanya kemelut dalam segala bidang kehidupan di Indonesia yang
disebabkan ulah teror politik yang dilakukan PKI dan ormas-ormas yang bernaung
di bawahnya. Angkatan ’66 mempunyai cita-cita ingin adanya pemurnian
pelaksanaan Pancasila dan melaksanakan ide yang terkandung di dalam Manifest
Kebudayaan. Tumbuhnya angkatan ’66 sejalan dengan tumbuhnya aksi-aksi sosial
politik di awal angkatan’66 yang
dipelopori oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan Tritura.
Munculnya nama angkatan ’66 telah diumumkan oleh H.B. Jassin dalam majalah horison nomor 2 tahun 1966. Pada tulisan tersebut dikatakan bahwa angkatan ’66 lahir setelah ditumpasnya pengkhianatan G.30S/PKI. Penanaman angkatan ’66 ini pun mengalami adu pendapat. Sebelum nama angkatan ’66 diresmikan, ada yang memberi nama angkatan Manifest Kebudayaan (MANIKEBU).Alasan penamaan ini karena manifest kebudayaan yang dicetuskan pada tahun 1963 yang menyatakan perumusan perlawanan terhadap penyelewengan perusakan kebudayaan oleh Lekra/PKI.Banyak sastrawan yang tidak setuju terhadap angkatan Manekebu.mereka mengangap bahwa sastrawan yang tidak ikut menandatangani atau mendukung manifest kebudayaan merasa tidak tercakup didalamnya, meskipun hasil karyanya menunjukan ketegasan dalam menolak ideologi yang dibawa oleh PKI dalam lapangan politik dan kebudayaan.
Munculnya nama angkatan ’66 telah diumumkan oleh H.B. Jassin dalam majalah horison nomor 2 tahun 1966. Pada tulisan tersebut dikatakan bahwa angkatan ’66 lahir setelah ditumpasnya pengkhianatan G.30S/PKI. Penanaman angkatan ’66 ini pun mengalami adu pendapat. Sebelum nama angkatan ’66 diresmikan, ada yang memberi nama angkatan Manifest Kebudayaan (MANIKEBU).Alasan penamaan ini karena manifest kebudayaan yang dicetuskan pada tahun 1963 yang menyatakan perumusan perlawanan terhadap penyelewengan perusakan kebudayaan oleh Lekra/PKI.Banyak sastrawan yang tidak setuju terhadap angkatan Manekebu.mereka mengangap bahwa sastrawan yang tidak ikut menandatangani atau mendukung manifest kebudayaan merasa tidak tercakup didalamnya, meskipun hasil karyanya menunjukan ketegasan dalam menolak ideologi yang dibawa oleh PKI dalam lapangan politik dan kebudayaan.
Istilah
angkatan’66 yang dikemukakan oleh HB. Jassin melalui antologinya mendapat
beberapa tanggapan dari berbagai pihak pengarang, diantaranya Ajib Rosidi. Ia
menganggap bahwa penamaan dan pengajuan tesis mengenai adanya angkatan’66 itu
tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan menurut HB.Jassin sendiri bahwa angkatan’66
ini sejalan dengan tumbuhnya aksi-aksi sosial politik diawal angkatan’66 yang
dipeloporio oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan Tritura.H.B. Jassin
merumuskan bahwa sastra angkatan’66 adalah sastra yang di warnai oleh protes
dan perjuangan mwnekankan keadilan
berdasarkan kemanusiaan.ia juga berpendapat bahwa tahun 1966 merupakan tahun lahirnya suatu
generasi dan konsep baru dan sekarang disebut dengan angkatan’66.
Ajib Rosidi
bahwa teori jassin tidk konsisten, terutama dalam menunjukan sastrawan-sastrawan
yang dianggap mewakili angkatan’66 misalnya AA Navis, ia disebut sebagai
pengarang angkatan’66 namun sastrawan ini muncul sejak tahun 1950-an. Ia tidak
melihat bahwa teori jassin ini dapat diterapkan untuk menyebutkan lahirnya
angkatan’66.tetapi masyarakat sastra pada umumnya sudah terlanjut menerima
pernyataan H.B.Jassin sehinga dalam ilmu sastra terdapat penamaan angkatan’66.
Pada saat
menjelang tahun 1970-an sastra sudah tidak bergema lagi seperti awal tahun
1960-1966.Sastra protes tersebut tercermin pada kumpulan sajak Taufik Ismail
,yaitu:Tirani dan Benteng. Awal tahun 70-an mulai berkembang sastra popular dan
mulai bermunculan majalah hiburan,majalah wanita,dan majalah
profesi.Berdasarkan uraian di atas ,dapat disimpulkan bahwa gema angkatan’66
tidak dimulai pada tahun 1966,tetapi pada tahun 1966 justru angkata’66 mulai
berakhir.
Uraian dia atas
telah dijelaskan bahwa keadaan sastra dipengaruhi oleh situasi pada saat
itu.Meskipun keadaan sosial budaya dan politik tidak stabil,namun sastra angkatan’66
ini mengalami pertumbuhan yang cukup pesat terutama pada genre prosa.
Faktor-Faktor pertumbuhan sastra cukup pesat,antara lain:
1.Adanya Taman Izmail Marzuki.
2. Didirikan penerbit Pustaka Jaya
3.Adanaya Maecenas yang stabil
4.Pemerintahan DKI menyelenggarakan lomba menulis roman dan naskah
drama yang bisa merangsang pengarang sehingga muncul kegiatan seni budaya.
B.Karakteristik
1.Muncul adanya angkatan ,yaitu angkatan’66
2.Karya yang dihasilkan
bermacam-macam ide dan warna.
3.Tema yang diangkat hanya mengenai masalah kegelisahan batin dan
rumah tangga.
4.Adanya sastra protes, contoh: kumpulan
sajak Tirani dan Benteng karya Taufik Ismail
5.Arti penting sajak angkatan’66
pertama-tama bukanlah seni,tetapi merupakan curahan hati khas anak-anak muda yang mengalami kelegaan perasaan setelah masa penindasan.
C.Para Pengarang dan hasil karyanya
1.Taufik Ismail
-Tirani(kumpulan sajak ,1966)
-Benteng(Kumpulan sajak,1966)
-Buku Tamu Museum Perjuangan
(Kumpulan sajak,1969)
2.Bus Rasianto
-Mereka Telah Bangkit(Kumpulan sajak,1966)
-Bumi yang Berpeluh(Kumpulan
Cerpen,1963)
-Mereka akan
Bangkit(Kumpulan Cerpen,1963)
-Sang Ayah(Novel,1969)
-Manusia Tanah Air(Novel,1969)
3.Mansur Samin
-Perlawanan(Kumpulan sajak,1966)
-Kebinasaan Negeri Senja(Drama,1968)
-Tanah Air(Kumpulan saja,1985)
4.Arifin C. Noer
-Lampu Neon(Drama,1960)
-Puisi-puisi yang Kehilangan Puisi(ks,1967)
-Kapai-Kapai(Drama,1970)
5.Satyagraha Hoerip
-Rahasia Kehidupan Manusian(Roman,terjemahan dari Leo Tolstay,1964)
-Ontologi Persoalan-Persoalan Sastra(1969)
6.Sapardi Djoko Damono
-Dukamu Abadi(ks,1969)
-Matahari Pagi di Tanah Air(puisi)
-Doa di Tengah-Tengah Masa(puisi)
-Sajak Orang Gila(sajak)
7.Slamet Kirmanto
-Jaket Kuning(Kumpulan
Sajak,1967)
-Kidung Putih(Kumpulan Sajak,1967)
8.HB.Jassin
-Angkatan’66,Prosa dan Puisi(1968)
9.A.Bastari Asnin
-Di Tengah Padang(kumpulan
cerpen)
-Laki-laki berkuda(kumpulan
cerpen)
10. Trinojuwono
-Di Medan Perang
-Kisah-kisah Revolusi
-Pagar Kawat Berduri
-Bulan Madu
- Biarkan Cahaya Matahari Membersihkanku Dulu
11. Iwan Simatupang
11. Iwan Simatupang
-Petang di Taman
-Ziarah
-Kering
-Merahnya Merah
12. Toha Mohtar
12. Toha Mohtar
-Daerah Tak Bertuan
-Bukan Karena Kau
- Kabut Rendah.
13. Subagio Sastrowardoyo
13. Subagio Sastrowardoyo
-Kejantanan di Sumbring
14. Motinggo Bosje
14. Motinggo Bosje
-Badai Sampai Sore
-Nyonya dan Nyonya
-Malam Pengantin di Bukit Kera
-Keberanian Manusia
-Nasihat untuk Anakku
-Matahari dalam Kelam
-Tidak Menyerah, Sejuta Matahari
-Buang Tonjam
-Dosa Kita Semua
-Tiada Belas Kasihan
-Batu Setampok
-Titisan Dosa di Atasnya
-Manusia Sejati
-Perempuan itu Bernama Berabah
- Dia Musuh Keluarga.
15. Ras Siregar
-Harmoni
-Terima Kasih.
16. Mochtar Lubis
16. Mochtar Lubis
-Tanah Gersang
17. Ajip Rosidi
17. Ajip Rosidi
-Surat Cinta Enday Rosidin,
-Pertemuan Kembali
-Purba Sari Ayu Wangi
-Mundinglaya di Kusumah
-Ciung Wanara
-Sang Kuriang Kesiangan
-Jalan ke Surga
- Canda Kirana,
-Roro Mendut
18. Achmad Tohari
18. Achmad Tohari
-Ronggeng Dukuh Paruk
19. Abdul Wahid Situmeang
-Pembebasan.
20. Hartojo Andangjaya
20. Hartojo Andangjaya
-Buat Saudara Kandung
-Perarahan Jenasah
-Riwayat
- Pantun Tidak Bernama
-Pantun di Jalan Panjang
- Rakyat
- Perempuan-perempuan Perkasa
21. Goenawan Mohamad
21. Goenawan Mohamad
-Lagu Pekerja Malam, Riwayat
-Pertemuan, Hari Terakhir Seorang Penyair
-Suatu Siang di Beranda
-Ini Angin tak Kedengaran Lagi
22. M. Saribi AFN
22. M. Saribi AFN
-Manifestasi
-Gema Lembah Cahaya.
23. Rachmad Djoko Pradopo
-Matahari di Tanah Air.
24. Slamet Kirnanto
24. Slamet Kirnanto
-Kidung Putih
-Puisi Alit.
25. Kamal Firdaus T.F
25. Kamal Firdaus T.F
-Di Bawah Fajar Menyingsing
26. Saini KM
26. Saini KM
- Nyanyian Tanah Air
27. A. Bastari Asnin
27. A. Bastari Asnin
-Di tengah Padang
-Laki-Laki Berkuda
28. Yusach Ananda
28. Yusach Ananda
-Kampungku yang Sunyi
29. Djamil Suherman
29. Djamil Suherman
-Umi Kalsum
-Perjalanan ke Akhirat.
30. Moh. Diponegoro
30. Moh. Diponegoro
-Iblis
-Surat pada Gubernur.
31. W.S. Rendra
31. W.S. Rendra
-Orang-orang di Tikungan Jalan
- Ballada Orang-orang Tercinta
-Musyawarat Kesusastraan Jogya
-Ia Sudah Bertualang
-Nusantara
Para Pengarang Wanita
angkatan’66,antara lain:
1.Isma Sawitri
-Terima Kasih
-Tiga Serangkai
-Pantai Utara
2.Titi Said
-Perjuangan dan Hati
Perempuan(kumpulan cerpen)
- Hati Perempuan
3.Titis Basimo
-Rumah Dara(Cerpen)
-Laki-laki dan Cinta(Cerpen)
4.Eny Sumargo
-Sekeping Hati Perempuan(Novel)
5. S. Tjahyaningsih
5. S. Tjahyaningsih
-Dua Kerinduan
6. Susy Aminah
6. Susy Aminah
-Seraut Wajahku
D.Peristiwa Sastra dan Budaya yang
Terjadi pada Periode ‘60
1. Polemik Tentang Tenggelamnya Kapal van der Wijck.
Dalam sebuah artikel harian bintang timur, 7 September 1962, pengarang Abdullah SP, mengucapkan bahwa Hamka sangat mirip dengan pujangga Mesir Al-Manfaluthi, gaya bahasanya, jalan pikirannya, dan perasaannya. Tenggelamnya kapal van der Wijck karya Hamka sangat mirip dengan Magdaline karya Manfaluthi.
Tetapi Adnan H menyatakan bahwa Abdullah SP telah melakukan tuduhan sembrono. Sebagai bukti kecerobohan Abdullah SP, Adnan H memberikan bukti kalimat, seperti berikut:
Kalimat Manfaluthi
Apakah artinya harta ini tempatku setelah kau hilang dari padaku, Stevens?
Kalimat Hamka
Kemana lagi langit bernaung, setelah hilang dari padaku Zainuddin.
Jassin juga membuat kesimpulan bahwa ‘pada Hamka ada pengaruh Al-Manfaluthi’. Ada garis-garis persamaan tema, plot, dan buah pikiran. Tapi, Hamka menimba dari sumber pengalaman dan inspirasinya sendiri.
2. Heboh Sastra 1968 Tentang Langit Makin Mendung
Sesuai dengan teori otonomi seni yang di dalamnya terdapat paham berbunyi ‘seni untuk seni, seni tidak perlu mengabdi kepada apapun di luar dirinya dan seni tidak boleh dinilai dengan ukuran-ukuran baku yang bersifat estetik seperti ukuran moral, agama, dan sebagainya’. Maka H.B Jassin memuat cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Panji Kusuma dalam Majalahnya.
Hal ini banyak menuai protes dan hujatan dari semua umat Islam dan ulama pada waktu itu, karena cerpen Langit Makin Mendung dinilai telah menghina Tuhan dan nabi Muhammad SAW, sehingga pada tanggal 12 Oktober 1968 Kejaksaan Tinggi Medan melarang cerpen tersebut diterbitkan. Namun penghentian itu menimbulkan kritik dari para seniman yang ada di Medan dan Jakarta.
1. Polemik Tentang Tenggelamnya Kapal van der Wijck.
Dalam sebuah artikel harian bintang timur, 7 September 1962, pengarang Abdullah SP, mengucapkan bahwa Hamka sangat mirip dengan pujangga Mesir Al-Manfaluthi, gaya bahasanya, jalan pikirannya, dan perasaannya. Tenggelamnya kapal van der Wijck karya Hamka sangat mirip dengan Magdaline karya Manfaluthi.
Tetapi Adnan H menyatakan bahwa Abdullah SP telah melakukan tuduhan sembrono. Sebagai bukti kecerobohan Abdullah SP, Adnan H memberikan bukti kalimat, seperti berikut:
Kalimat Manfaluthi
Apakah artinya harta ini tempatku setelah kau hilang dari padaku, Stevens?
Kalimat Hamka
Kemana lagi langit bernaung, setelah hilang dari padaku Zainuddin.
Jassin juga membuat kesimpulan bahwa ‘pada Hamka ada pengaruh Al-Manfaluthi’. Ada garis-garis persamaan tema, plot, dan buah pikiran. Tapi, Hamka menimba dari sumber pengalaman dan inspirasinya sendiri.
2. Heboh Sastra 1968 Tentang Langit Makin Mendung
Sesuai dengan teori otonomi seni yang di dalamnya terdapat paham berbunyi ‘seni untuk seni, seni tidak perlu mengabdi kepada apapun di luar dirinya dan seni tidak boleh dinilai dengan ukuran-ukuran baku yang bersifat estetik seperti ukuran moral, agama, dan sebagainya’. Maka H.B Jassin memuat cerpen Langit Makin Mendung karya Ki Panji Kusuma dalam Majalahnya.
Hal ini banyak menuai protes dan hujatan dari semua umat Islam dan ulama pada waktu itu, karena cerpen Langit Makin Mendung dinilai telah menghina Tuhan dan nabi Muhammad SAW, sehingga pada tanggal 12 Oktober 1968 Kejaksaan Tinggi Medan melarang cerpen tersebut diterbitkan. Namun penghentian itu menimbulkan kritik dari para seniman yang ada di Medan dan Jakarta.
3. Heboh Hadiah Sastra
Hadiah yang diberikan oleh H.B. Jassin kepada pengarang terbaik dalam majalahnya, Horison. Hal ini pertama kalinya ada dalam sejarah sastra indonesia, yang mana pengarang yang mendapat hadiah itu adalah Motinggo Busye.
4. Munculnya Sastra Majalah
Pada periode 60-an muncul adanya sastra majalah atau majalah yang memuat karya-karya sastra seperti, Horison dan Basis. Ini terjadi karena majalah adalah media baca yang paling diminati saat itu, sehingga para pengarang mencoba menarik simpari masyarakat terhadap karya sastra melalui majalah.
Pada periode 60-an muncul adanya sastra majalah atau majalah yang memuat karya-karya sastra seperti, Horison dan Basis. Ini terjadi karena majalah adalah media baca yang paling diminati saat itu, sehingga para pengarang mencoba menarik simpari masyarakat terhadap karya sastra melalui majalah.
E. Rujukan
http://berbahasa-bersastra.blogspot.co.id/2011/03/sastra-60-sejarah-sastra-periode-1960.html(online) diakses pada tanggal 8 Oktober 2015.
http://nurasmara6512.blogspot.co.id/2014/03/resensi-drama-nenek-tercinta.html
F. Lampiran
NOVEL
JANGAN UCAPKAN
CINTA
Karya:Mira W
Niken Ardini adalah perempuan yang berasal dari keluarga biasa
saja, ayahnya hanya seorang pedagang kecil di pinggiran kota tegal, Niken anak
ke 2 dari 3 bersaudara. Kakak laki-lakinya meninggal ketika berumur tujuh tahun
karena sakit dan adiknya meninggal juga ketika berumur tiga minggu, sedangkan
ibunya harus kehilangan rahimnya akibat pendarahan setelah melahirkan karena
tidak di tangani dengan baik oleh tenaga medis. Semenjak kejadian semua
ituNiken bertekat untuk menjadi seorang dokter, tetapi kesulitan ekonomi telah
menghambat cita-citanya. Dia hanya bias menjadi seorang perawat di sebuah
klinik dokter Eko Prasetio.Dokter Eko
mempunyai kakak yang bernama Aldi, dia berbeda sekali dengan adiknya, Aldi berbadan tinggi, tegap dan gagah sedangkan
Dokter Eko badanya kurus dan berkacamata tebal.Niken bertemu dengan Aldi di
tempat kerjanya, semenjak ketemu pada pandangan pertamaNiken langsung jatuh
cinta pada Aldi. Akan tetapi Niken sadar bahwa dia sudah mempunyaitunangan yang
bernama Bambang.Hari demi hari Aldi selalu bertemu dengan Niken dan
menggodanya, akhirnya Nikenmemutuskan petunangannya dengan Bambang dan memilih
menikah bersama dengan Aldi.Walau pun sudah menikah Aldi masih sangat mencintai
pacarnya semenjak SMA yang bernama Indah Juwita Purnama yang sangat cantik.
Sedangkan Indah sudah memilih menikah bersama dengan Roni seorang Sutradara
yang membuatnya menjadi artis dan namanya terkenal dimana-mana. Pertemuan Aldi
dan Indah membuat perasaan mereka kembali lagi, Aldi sangat mencintai Indah dan
mengajak Indah untuk bersamanya tetapi Indah tidak mau, Indah lebih memilih
Roni dan kariernya sebagai seorang artis. Aldi sangat terobsesi sekali dengan
Indah sampai merubah bentuk tubuh istrinya yang kurus menjadi berisi dan bagus,
tatanan rambut dan segi berpakaian juga, tetapi Niken tidak mengeluh dan menurut saja karena
sangat mencintai suaminya sehingga rela diapapun juga. Setelah hampir setahun
menikah, Aldi bertemu lagi dengan Indah, akhirnya Aldi meninggalkan Niken yang
sedang mengandung anaknya dan lebih memilih pergi jauh bersama dengan Indah.
Bertahun-tahun sudah Aldi meninggalkan Niken, dan sejak itu kesengsaraan selalu
datang di kehidupannya. Niken hidup seorang diri untuk menghidupianaknya yang
sedang sakit, karena sangat miskin dan menderita sampai akhirnya
anaknyameninggal karena sakit keras yang tidak bisa diobati.Semenjak anaknya
meninggal kehidupan Niken semakin hancur dan sengsara hingga menjadi depresi,
dan akhirnya masuk rumah sakit jiwa yang secara tidak sengaja ditangani oleh
Dokter Eko adik iparnya sendiri. Eko yang dari dulu sangat mencintai Niken tetapi
tidak menyatakannya dia selalu menemani Niken dan akhirnya merubah
karakter kepribadian Niken yang dulu lugu dan memelas menjadi wanita yang tegar
dan sadis hampir tidak memiliki lagi hati. Demi merubah setatus sosialnya
akhirnya Niken memilih menikah dengan Dokter Eko adik iparnya sendiri dan
membuka lembaran barunya menjadi pengusaha kaya yang terkenal .
Analisis
1.
Novel ini menceritakan tentang
percintaan dan kebencian, seseorang yang begitu mencintai hingga berubah
menjadi dendam / sebuah kebencian.
2.
Dalam penulisannya menggunakan
gaya bahasa yang biasa saja dan sederhana.
3. Tema
novel “Jangan Ucapkan Cinta” adalah Cinta dan Benci.
PUISI
Sajak-sajak Anak Mati
Oleh: Goenawan
Mohamad
Tiga anak menari
tentang tiga burung gereja
Kemudian senyap
disebabkan senja
Tiga lilin kuncup
pada marmer meja
Tiga tik-tik hujan tertabur
seperti tak sengaja
“bapak, jangan menanggis.”
Tiga anak menari
tentang tiga burung gereja
Kemudian senyap
disebabkan senja
Tiga lilin kuncup
pada marmer meja
Tiga tik-tik hujan tertabur
seperti tak sengaja
“bapak, jangan menanggis.”
Analisis:
1.
Yang dimaksud dengan ‘Tiga anak menari tentang
tiga burung gereja. Kemudian senyap karena senja’, yaitu: Tiga pelajar ikut
berdemonstrasi menuntut diadakannya tiga kebutuhan utama bagi rakyat, yaitu
makanan, pakaian, dan rumah. Kemudian senyap dikarenakan gas air mata.
‘Tiga lilinkuncup pada marmer meja. Tiga tik-tik hujan tertabur seperti tak sengaja’, yaitu: Tiga pelajar mati hancur tertembak seperti tak sengaja oleh tiga peluru.
‘Tiga lilinkuncup pada marmer meja. Tiga tik-tik hujan tertabur seperti tak sengaja’, yaitu: Tiga pelajar mati hancur tertembak seperti tak sengaja oleh tiga peluru.
2. Adanya sastra protes.
3.
Merupakan
curahan hati khas anak-anak muda.
SINOPSIS DRAMA
Nenek Tercinta
Karya : Arifin
C.Noer
Dalam drama nenek tercinta ini diceritakan bahwa ada seorang nenek yang sudah berumur lebih dari seratus tahun dengan dua belas anak, tujuh puluh tujuh cucu, dan beratus canggah dan buyut. Nenek yang seharusnya nyaman di massa tuanya dengan anak-anak dan keluarga yang selalu menyayanginya. Namun ternyata nenek tidak merasa bahagia di massa tuanya, karena anak-anaknya yang selalu menganggunya.
Siang
itu nenek dibuat kesal oleh dudung buyutnya yang selalu membuatnya jengkel
dengan tingkah lakunya. Nenek marah-marah pada Dudung, karena telah mencuri
kunci-kuncinya. Dudung adalah cucu kesayangan lastri yang selalu Ia bela,
Lastri adalah anak nenek yang memiliki sifat galak pada nenek.
Lastri
selalu jengkel dengan tingkah nenek yang seperti anak kecil dan setiap hari mempermasalahkan kunci-kuncinya.
Musta datang, Musta adalah menantu nenek yang pemalas, kerjanya hanya mengisi
kolam, makan, tidur, dan nyeteti perkutut, seperti suaminya dulu yang sekarang
sudah meninggal. Kedatangan Musta untuk memberi tahu Lastri tentang kelancaran
rencana yang telah dibuat dan disepakati oleh keluarga kecuali Laila, Laila
adalah anaknya Rusdi, anak bungsu nenek yang mati di tembak belanda. Laila
merupakan cucu kesayangan nenek yang bekerja menjadi guru.
Rencana
yang di bicarakan Lastri dan Musta adalah rencana untuk mempercepat nenek di
panggil Yang Kuasa. Dengan cara mendatangkan dukun yang handal, dukun tersebut
meminta persyaratan yaitu tujuh kilo beras, tujuh kilo ketan, tujuh ekor ayam,
tujuh ragam kembang, tujuh gayung kelapa, dan dua ratus uang rupiah. Dukun yang
sudah ditunggu-tunggu pun akhirnya datang.
Dukun
pun bersemedi dengan berdiri. Nenek datang dengan berteriak-teriak mencari
sayap ayamnya, Lastri pun membetaknya dan nenek pun masuk kedalam. Dukun tadi
melanjutkan semedinya. Seorang gadis pun datang sambil berteriak dan dukun itu
pun berhenti bersemedi.
Laila
tidak setuju dengan rencana Lastri dan keluarganya untuk membunuh nenek dengan
cara halus yaitu dengan mendatangkan seorang dukun. Laila sangat menentangnya,
karena itu adalah perbuatan yang sangat keji dan sangat di benci Allah Swt.
Seorang anak yang dibesarkan sejak kecil, disayang, dimanja tapi balasannya
ini, membunuh ibunya sendiri, tutur Laila.
Lastri
pun mendengar perkataan Laila langsung marah, karena Laila tak menginginkan
nenek di bunuh. Tapi Lastri tetap pada rencana awalnya yaitu mempercepat nenek
di panggil Yang Kuasa, karena Lastri beranggapan bahwa rencana itu juga
kebaikan untuk semua, keluarga pun juga setuju. Laila berharap rencana itu
gagal dan dia pun masuk kedalam, dukun tadi pun melanjutkan bersemedinya.
Dukun
membaca mantra dan mengatakan nenek akan meninggal jam 12.00 WIB, Musta melihat
nenek dan ternyata nenek tidak meninggal, tapi dukunlah yang meninggal. Lastri
dan Musta marah karena mereka dibohongi oleh dukun tersebut.
KARAKTERISTIK
·
Dalam
pementasan drama ini diceritakan tentang seorang cucu bernama Laila yang
menentang niat buruk Budenya yang ingin neneknya cepat meninggal agar tidak
merepotkan lagi karena kepikunannya itu.
·
Drama
ini menceritakan seorang cucu yang sangat menyayangi neneknya
·
Dalam
pengunaan bahasanya drama ini mengunakan kata-kata emosional yang berlebihan.
Blogger Comment
Facebook Comment