PERKEMBANGAN SASTRA INDONESIA 1930-AN (ANGKATAN PUJANGGA BARU)

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
SASTRA INDONESIA ANGKATAN PUJANGGA BARU


PERKEMBANGAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN PUJANGGA BARU


A.    Latar Belakang
Angkatan Pujangga Baru terjadi pada periode 1930 – an. Sejarah Sastra Indonesia periode 1930 – an ini merupakan kesusastraan di Indonesia yang sudah mengalami kemajuan setelah Periode 1920 - an. Semenjak Periode 1920 – an sebenarnya sudah diawali oleh para tokoh pra Pujangga Baru yang menghasilkan karya – karya nasionalisme. Namun, pada Angkatan Pujangga Baru ini pengarang mulai menampakkan rasa nasionalisme yang tinggi dan mereka tidak terikat oleh aturan – aturan yang mengikat sehingga bebas untuk mencurahkan pikiran maupun gagasan.
Nama Pujangga Baru dalam periode ini mempunyai 2 arti, yaitu sebagai nama angkatan karena ada cita – cita sekelompok pengarang yang akan diperjuangkan dan sebagai nama majalah karena mulai terbit majalah bahasa dan sastra. . Pada tahun 1930 terbit majalah Timboel (1930 – 1933) dengan menggunakan bahasa Belanda, kemudian pada tahun 1932 terbit juga edisi bahasa Indonesia dengan Sanusi Pane sebagai redaktur,. Pada tahun 1932 itu pula Sutan Takdir Alisjahbana sebagai pimpinan dari majalah bahasa dan sastra mengadakan rubrik “Menuju Kesusastraan Baru” dalam majalah Pandji Poestaka. Para pelopor Angkatan Pujangga Baru inilah mempunyai tekad bahwa bahasa dan kesusastraan Indonesia harus dibuat maju, berkembang, dan membawakan ciri keIndonesiaan yang lebih merdeka, dinamis, dan intelektual.
Pada masa perkembangan Angkatan Pujangga Baru karya-karya yang dihasilkan oleh para penulis golongan ini lebih bersifat idealisme tanpa harus mengurangi nilai-nilai romantisme yang terdapat di dalamnya. Karya-karya yang dihasilkan juga kebanyakan dipengaruhi oleh tulisan dan karya-karya yang dihasilkan oleh angkatan 1880 Belanda,yang pada masa itu memang lebih banyak mengambil tema-tema romantis realistik. Hal ini tak mengherankan sebab pada zaman itu banyak para pemuda Indonesia yang berpendidikan barat, bukan saja mengenal, bahkan mendalami bahasa serta kesusastraan Belanda.
B.     Karakteristik

1.                  Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang berkembang di masyarakat dan mulai meninggalkan bahasa klise.
2.                  Tema pokok ceritanya tidak lagi berkisar pada masalah adat, tetapi masalah kehidupan kota atau modern.
3.                  Memiliki kebebasan dalam menentukan bentuk dan isi.
4.                  Dalam karya sastranya sudah mengangkat unsure nasionalisme.
5.                  Pengaruh asing yang cukup kuat adalah negeri Belanda, yang kebetulan pada saat itu berkuasa di Indonesia.
6.                  Tema dalam karya prosa (roman) bukan lagi pertentangan faham kaum muda dengan adat lama seperti angkatan Siti Nurbaya, melainkan perjuangan kemerdekaan dan pergerakan kebangsaan, misalnya pada roman Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana

C.    Tokoh Sastrawan dan Karya yang Dihasilkannya
1.      Sutan Takdir Alisjahbana
Hasil karyanya :
        Tak Putus Dirundung Malang (roman)
        Dian Yang Tak Kunjung Padam (roman)
        Layar Terkembang (roman)
        Anak Perawan di Sarang Penyamun (roman)
        Tebaran Mega (kumpulan puisi)
        Puisi Indonesia Zaman Baru (essay)
        Bahasa Indonesia Bahasa Persatuan (essay)
        Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru (essay)
        Perjuangan dan Tanggung Jawab dalam kesusastraan (essay)
        Kesusastraan di Zaman Pembangunan (essay)
        Kedudukan Perempuan dalam kesusastraan Timur Baru (essay)
2.      Armijn Pane
Hasil karyanya :
        Belenggu (roman)
        Jiwa Berjiwa (roman)
        Jinak – Jinak Merpati (drama)
        Sanjak – Sanjak Muda dari Mohammad Yamin (puisi)
        Ratna (saduran dari drama “Nora” karya Ibsen)
        Habislah Gelap Terbitlah Terang (terjemahan dari kumpulan surat – surat R.A Kartini)
        Barang Tiada Berharga (cerpen)
        Lukisan Masa (prototip buat roamnnya Belenggu)
        Gamelan Jiwa (kumpulan sajak-sajak)
3.      Amir Hamzah
Hasil karyanya :
        Buah Rindu (puisi)
        Nyanyi Sunyi (puisi)
        Setanggi Timur (puisi)
        Hang Tuah (saduran)
        Bhagawat Cinta (terjemahan)
        Sastra Melayu Lama dengan tokoh – tokohnya (essay)
4.      Y.E. Tatengkeng
Hasil karyanya :
        Anakku (sajak)
        Rindu Dendam (kumpulan puisi)
5.      Asmara Hadi
Hasil karyanya :
        Hidup Baru (sanjak)
        Dalam Masyarakat (sanjak)
        Generasi Sekarang (sanjak)
        Penyair Api Nasionalisme (puisi)
        Salam Lingkungan Kawat Berduri (roman)
        Kusangka Dulu (sajak)
        Kuingat padamu (sajak)
6.      Mohammad Yamin
Hasil karyanya :
        Bandi Mataram (puisi)
        Tanah Air (puisi)
        Indonesia Tumpah Darahku (puisi)
        Ken Arok (drama)
        Ken Dedes (drama)
        Kalau Dewi Tata Sudah Berkata (drama)
        Gajah Mada (biografi)
        Diponegoro (biografi)
        Julius Caesar (terjemahan dari William Shakespeare)
7.      Rustam Efendi
Hasil karyanya :
        Bebasari (drama bersajak)
        Percikan Permenungan (kumpulan puisi)
        Air Mata Seni (roman)
8.      Sanusi Pane
Hasil karyanya :
        Pancaran Cinta (prosa)
        Puspa Mega (puisi)
        Madah Kelana (puisi)
        Erlangga (drama)
        Kertajaya (drama)
        Sandyakalaning Majapahit (drama)
        Manusia Baru (drama)
        Bunga Rampai dari Hikayat Lama (hikayat)
        Putra Hutan Belukar (prosa)
9.      Hamidah
Hasil karyanya :
        Kehidupan Mestika (autobiografi Hamidah)
10.  Selasih
Hasil karyanya :
        Kalau Tak Untung (cerpen)
        Pengaruh Keadaan (essay)
        Di Pusara Ibu (naskah)
11.  Rivai Ali
Hasil karyanya :
        Kata Hati
12.  A. Hasjimy
Hasil karyanya :
        Kisah Seorang Pengembara (kumpulan sanjak)
        Bermandi Cahaya Bulan
        Suara Adzan dan Lonceng Geraja
        Asmara dalam Pelukan Pelangi
        Hikayat Perang Sabi Menjiwai Perang Aceh Lawan Belanda
        Dewan Sanjak
13.  I Gusti Nyoman Panji Tisna
Hasil karyanya :
        Ni Rawit, Ceti Penjual Orang
        Sukreni Gadis Bali
        I Swara Setahun Bendahulu (roman sejarah)
        Dewi Karuna (roman)
        I Made Kembali Kepada Tuhan (roman)
14.  Aoh Kartahadimaja
Hasil karyanya :
        Murai
        Herankah
        Pecahan Ratna
        Dibawah Kaki Kebesaran-Mu
        Ke Desa
        Gugukku
15.  G.S. Lalanang
Hasil karyanya :
        Bunga Jelita
16.  M.I. Nasution
Hasil karyanya :
        Bukan Toidak Saja Katakan (sanjak)
17.  Suman Hasibuan
Hasil karyanya :
        Tebusan Darah
        Kawan Bergelut (kumpulan cerpen)
        Panji Pustaka)
D.    Rujukan
http://spenzasmile.blogspot.co.id/2012/03/karakteristik-novel-layar-terkembang.html(online)diakses 29 September 2015http://indonesiapoetry.blogspot.co.id/2012/01/kuingat-padamu.html(online) diakses pada 29 September 2015
Rosidi, Ajip.Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia.Binacipta: Jakarta

E.     Lampiran

SINOPSIS NOVEL
Layar Terkembang

            Suatu pagi di sebuah tempat wisata Aquarium di Jakarta,bertemulah Yusuf,Tuti dan Maria. Yusuf seorang mahasisiwa kedokteran.Sedangkan Tuti dan Maria adalah dua bersudara kakak dan adik yang mempunyai karakter berbeda.Tuti tokoh intelektual yang mempunyai cita-cita ingin memajukan kaum perempuan, berusia dua puluh lima tahun, sedangkan Maria berumur duapuluh tahun seorang gadis yang suka hiburan serta bersebnang-senang.Di aquarium itulah mereka mulai berkenalan.
            Hubungan Yusuf dan Maria semakin akrab.Bahkan suatu ketika Yusuf dan Maria pergi bertamasya ke air mancur Dago.di tempat itulah Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria.Demikian pula Maria.Sejak saat itulah mereka berpacaran serta berjanji untuk menjadi pasangan suami istri.
Cinta Maria kepada Yusuf begitu mendalah sehingga ia sering melamun.Melihat keadaan Maria itu,terjadilah perubahan pada diri Tuti yang semula tidak memikirkan laki-laki kini menjadi mulai merasakan betapa hampanya bila dia tetap sendirian seperti itu.Ketika tinggal sendiriian di rumah,Tuti membaca buku berjudul :zonder liefde geen gueluk “ (tanpa cinta tidak bahagia ), Sesaat setelah membaca buku tersebut datanglah Maria . Dia merasa heran karena selama ini baru saat inilah Tuti membaca buku tentang cinta.Tidak berapa lama dating Yusuf ke rumah mereka.Maria mengajak Yusuf keluar rumah mencari makan.Pada saat Yusuf dan Maria keluar mencari makan itulah serta bergandebngan tangan,Tuti pun keluar rumahnya sambil memperhatikan pasangan sejoli yang sedang dimabuk asmara tersebut.Mulai saat itulah Tuti merasakan betapa bahagianya orang yang berdampingan dengan kekasihnya.
            Kebiasaan Yusuf dan Maria bertamamasya berakibat kurang baik. Pada saat itu keduanya pergi bertamasya ke pasar ikan.Namun setelah kepergian mereka ke pasar ikan itulah, Maria jatuh sakit.Sudah sepuluh hari Maria tebaring tak berdaya di kamar tidurnya sehingga kini badannya semakin kurus.Tuti dengan setia menjaga adiknya yang sedang sakit. Ditengan kesibukannya menjaga adiknya yang sedang sakit itulah Tuti kembali teringat akan peristiwa sebelumnya. Tuti resah karena beberapa saat yang lalu, ada seorang laki-laki teman Tuti yang bernama Supomo yang berkeinginan menjadikan Tuti sebagai istrinya. Dia pun masih sulit untuk memutuskan menerima atau menolak cinta Supomo.
            Penyakit yang diderita Maria belum juga sembuh. Setlah dua hari diopname di C.B.Z. Jakarta,dokter menyarankan agar Maria sebaknya di rawat di rumah sakit TBC bagi perempuan di Pacet (Bandung) yang terletak di pegunungan yang hawanya sejuk. Denagn diantar ayahnya, Tuti dan Yusuf akhirnya Maria dibawa ke Pacet.
            Sebulan Maria dirawat dirumah sakit tersebut, tetapi keadaan Maria belum menunjukkan perkembangan tanda-tanda akan sembuh.Sepulang mengikuti konggres putrid sedar Tuti menjenguk adiknya yang masih sakit.Tatkala dia dating ia sudah ditunggu oleh Yusuf yang sudah dating terlebih dahulu ditempat tersebut.Keduanya pun menjenguk Maria.
            Kepada dokter yang merawatnya, Maria meminta agar Yusuf dan Tuti mengunjunginya setiap hari pada waktu pagi dan sore. Mereka menyetujui permintaan Maria. Setiap pagi dan sore Yusuf dan Tuti mengunjungi Maria bersama-sama di Pacet.
            Pada saat kunjungan terakhir sebelum Yusuf dan Tuti kembali ke Jakarta, keadaan Maria semakin mengkhawatirkan, karena dokter sendiri sudah mengatakan kepada Yusuf bahwa usahanya mengobati Maria .Mengingat penyakit Maria semakin berat.
            Pada saat Yusuf dan tuti akan meninggalkan Maria untuk pulang,maka oleh Maria kedua tangan Yusuf dan Tuti dipegang erat- erat dan setelah itu dia kedua tangan tersebut.Ia pun mengatakan bahwa ia tak akan lama lagi hidup di dunia ini.Dikatakannya pula bahwa di akhirat nanti ia tidak akan senang kalau Tuti dan Yusuf tidak menjadi suami istri.Karena itulah maka Maria minta kepada mereka agar menjadi suami istri.Tak lama setelah berpesan kepada Tuti dan Yusuf tersebut Maria meninggal dunia. Permintaan Maria terkabulkan karena Yusuf dan Tuti akhirnya menikah.
Karakteristik:
Tema
Perjuangan Wanita Indonesia
Latar sosial
Perjuangan Wanita Indonesia
Latar tempat
Rumah Wiraatmaja, Martapura di Kalimantan Selatan, Rumah sakit di pacet, rumah Partadihaja, gedung Peermufakatan.
Latar Waktu
Pagi, siang, dan sore.
Alur
Alur gabungan
Gaya bahasa
Kecerdasan kata-kata dan kelembutan bahasa purtis  terpadu tanpa ada unsur repetifif yg membosankan.
Sudut pandang
Orang ketiga
Tokoh
1.       Maria: anak Raden Wiriaatmaja, seseorng yg mudah kagum, mudah memuji, lincah dab periang.
2.       Tuti: Anak Raden Wiriaatmaja seseorang yg aktif dalam berbagai kegiatan wanita, selalu ceria, jarang memuji, pandai cakap dalam mengerjakan sesuatu.
3.       Yusuf: Pandai dan baik hati
4.       Supomo: Tidak pantang menyerah
PUISI
KUINGAT PADAMU
Kuingat padamu bila fajar,
Merahkan langit sebelah timur,
Kuingat padamu bila senja,
Mencium bunga yang kan tidur.

Kuingat padamu bila malam,
Sepi berbunga bintang bercaya,
Kuingat padamu bila bulan,
Teduh benderang purnama raya.

Kuingat padamu, akh, selalu,
Sampaikan aku nurut kau pula,
Baringkan badan di pangkuan bumi,
Tempat segala menjadi lupa.

Karekteristik:
Puisi ini bercerita tentang sesorang yang sedang kehilangan kekasihnya .Setiap hari dia selalu merindukannya .Amanat dari puisi diatas adalah jangan mencintai seseorang dengan berlebihan.







DRAMA
JINAK-JINAK MERPATI

Drama Jinak-Jinak Merpati bercerita tentang  Nyonya Jaya bercerita kepada nyonya Karyono bahwa suami nyonya Sastrio terpikat kepada Murniati. Demikian pula nyonya Sastrio bercerita kepada nyonya Karyono bahwa suami nyonya Jaya terpikat kepada Murniati yang sering dijuluki Hantu Perempuan. Sementara mereka bercakap-cakap, masuklah nyonya Karyono dengan wajah berseri-seri. Setelah nyonya Karyono masuk, keluar Gayadi, adik nyonya Karyono. Gayadi yang ingin menjadi petani kaya, justru memuji Murniati sebagai wanita yang sopan dan lemah lembut. Gayadi tidak menceritakan kejelekan Murniati. Dari percakapan yang saling menyindir tersebut, akhirnya nyonya Jaya dan nyonya Sastrio mengetahui hubungan suami mereka dengan Murniati. Ternyata mereka senasib. Nyonya Karyono menasihati Gayadi agar berhati-hati kepada Murniati. Ketika Murniati menerima kedatangan Jaya Brata dan mengatakan bahwa semua laki-laki seperti boneka permainan, mudah didapat dan mudah dibuang, masuklah Sastrio. Tentu saja Sastrio dan Jaya Brata sama-sama terkejut atas pertemuan yang membuka rahasia mereka itu. Berkat kepandaian Murniati, kekakuan suasana itu dapat diatasi. Sementara mereka sedang bercakap-cakap masuklah Darmobroto. Sekali lagi mereka sama-sama kaget, mengapa mereka dapat berjumpa di tempat Murniati, keponakannya. Tiba-tiba nyonya Jaya datang menjemput suaminya. Melihat nyonya Jaya, Sastrio pun malu dan pulang bersama mereka. Setelah itu, nyonya Jaya datang lagi untuk berbicara empat mata dengan Murniati. Nyonya Jaya menuduh Muniati mengambil dan memikat suami orang. Atas tuduhan itu, Murniati menyatakan bahwa istri-lah yang sebenarnya bersalah karena tidak dapat membuat suami betah. Dengan rasa kesal, nyonya Jaya Brata pun pergi. Subroto, seorang pelaut, menginginkan agar Murniati mau menjadi istrinya namun permintaan itu ditolak Murniati. Kemudian datang Sastrio yang khawatir kalau nyonya Jaya menceritakan hubungannya dengan Murniati kepada istrinya. Murniati mengatakan bahwa nyonya Jaya tidak akan berani menceritakan hal itu kepada nyonya Sastrio karena suaminya pun berhubungan dengan dia. Sastrio membujuk Murniati untuk menjadi istrinya dengan memberi cincin dan uang. Pemberian itu ditolak Murniati dengan alasan ia bukan perempuan murahan. Apalagi setelah tahu bila Sastrio ternyata telah beristri dan mempunyai hubungan dengan Ratminah. Murniati merasa gembira setelah Gayadi, kekasihnya, datang. Ia mendambakan Gayadi agar dapat mengambilnya sebagai istri tetapi Gayadi tidak tertarik padanya. Ia berhubungan dengan Murniati hanya untuk menyelamatkan keluarga Sastrio saja. Betapa sedih hati Murniati detelah mengetahui bahwa Gayadi tidak menaruh hati kepadanya. Hati Murniati kembali kecewa kepada Juwita, sahabat lamanya, datang dan meminta bantuan untuk mencari Gayadi, kekasihnya yang ada di kota ini. Tentu saja hal ini ditolak oleh Murniati. Darmo, saudara Murniati, mengetahui kenyataan ini dan ia marah setelah mengetahui Gayadi mempermainkan Murniati. Ketika Juwita menyisir rambut di kamar Murniati, tampak olehnya foto Gayadi, kekasihnya. Karena ia merasa tidak dapat mengalahkan Murniati, ia pergi dengan menangis. Di tengah keluarga Karyono datang Jaya Brata bertamu. Kemudian tiba Gayadi dengan keadaan lusuh memikirkan pilihan antara Murniati dan Juwita. Tiba-tiba masuklah Murniati dengan Juwita yang membuat Gayadi terkejut. Gayadi marah dan menuduh Murniati sebagai Hantu Perempuan yang Celaka setelah mengetahui dari nyonya Karyono bahwa Murniati tidak mencintainya. Murniati sedih atas tuduhan itu, karena dalam hatinya tidaklah demikian. Timbul ketetapan hati Murniati untuk memilih Subroto yang secara kebetulan tiba. Keduanya berpelukan. Masuk pula Juwita dan Gayadi. Juwita memeluk Murniati dengan gembira karena Murniati telah mau berkorban dan dapat menghubungkan cintanya dengan Gayadi. Komentar: Kumpulan drama ini menyajikan tokoh utama yang memiliki karakter kompleks. Murniati, wanita yang banyak disukai laki-laki, dapat dikatakan sebagai wanita jahat yang suka merebut suami orang. Padahal, Murniati tahu bahwa orang yang mendekatinya bahkan melamarnya untuk menjadikannya istri sudah beristri, namun Murniati tetap saja mau menerima kedekatan mereka. Di sisi lain, Murniati juga dapat dianggap orang baik yang rela memberikan kekasihnya kepada sahabatnya, Juwita. Sehingga dapat disimpulkan bila naskah drama ini menyajikan karakter yang kompleks sehingga menarik para pembaca atau penikmat sastra untuk menganalisis lebih jauh bagaimana karakter Murniati, sebagai pemeran utama, yang sesungguhnya. Sayangnya, kekompleksitasan para pemain hanya tertuju kepada peran utama. Seharusnya salah satu tokoh yang lain juga memiliki karakter yang sama kompleksnya dengan tokoh utama.
Karekteristik:
Drama Jinak-jinak Merpati ini merupakan drama empat babak yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang mencoba mencari tambatan hati, mencari cinta sejati. Drama ini mengangkat tentang kehidupan sosial yang ada dalam masyarakat yang cukup popular sejak zaman dulu hingga sekarang yaitu tentang cinta yang didalamnya terdapat ketulusan, pengorbanan, dan juga perselingkuhan. Dalam naskah drama ini banyak menggunakan kalimat yang mengandung unsur filsafat. Misalnya kita bisa melihat dari perkataan-perkataan Darmo yang berusaha menasehati Murniati maupun bagaimana Gayadi berdebat dengan Murniati dengan mengibaratkan hidup seseorang dengan padi yang menguning.Judul drama Jinak-Jinak Merpati sendiri memaknai cinta Murniati. Dia ramah dan manis serta menarik hati lelaki, tetapi begitu didekati dan mau ditangkap (dijadikan pendamping) dia terbang pergi menjauh seperti burung merpati yang indah. Sukar untuk mendapatkan cintanya.












Share on Google Plus

About Cella Fania

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment